Friday, September 11, 2009

SUKAR?

Bacaan : Amsal 17:15-20
Suatu hari, Anto didatangi sahabat karibnya. Mau pinjam $$. Sebenarnya Anto keberatan, tetapi sukar menolak. Akhirnya ia memberi pinjaman. Ketika utang itu tak kunjung dibayar, Anto tidak berani menagih. Lagi-lagi karena sukar!
Sukar adalah paduan rasa enggan, segan, malu bercampur hormat, yang membuat kita tidak berani berterus-terang. Kita jadi tidak jujur pada sesama dan diri sendiri. Berkata "ya" padahal "tidak", atau sebaliknya. Di mulut memuji, di hati memaki. Gara-gara sukar, yang salah dibiarkan; yang benar tidak dibela; yang tidak betul dipertahankan. Kita sulit mengambil tindakan tegas.
Rasa sukar bukanlah sikap kristiani. Alkitab mengajar kita berkata jujur dan tulus. Apa adanya. Menghormati orang bukan berarti harus selalu setuju dan mendukung tindakannya, termasuk tindakan yang fasik (ayat 15). Sikap demikian justru termasuk "serong hati" atau "memutar-mutar lidah" (ayat 20). Tuhan memandangnya sebagai kekejian! Jika kita sungguh hormat dan cinta pada seseorang, pasti kita berani menegurnya dalam kasih. Tidak berpura-pura baik, seperti lawan yang mencium berlimpah-limpah (Amsal 27:6). Seorang sahabat menaruh kasih tiap waktu (ayat 17), dan kasih tidak suka kepalsuan, tetapi cinta kebenaran (1 Korintus 13:6).
Budaya sukar jangan dipelihara. Ia membuat kita menjadi terlihat halus, tetapi tidak tulus. Terlihat ramah padahal pemarah. Mulai sekarang, mari bersikap apa adanya. Bukankah kita bisa bicara jujur tanpa menjadi kasar? Atau, menyatakan ketidaksetujuan tanpa mengurangi rasa hormat dan kasih? -JTI

RASA SUKAR BUKAN TANDA KERAMAHAN

MELAINKAN TOPENG KEMUNAFIKAN

No comments: